nosi anggrahini

nosi anggrahini

"Pluneng" atau "Nyemplung Seneng" di pemandian yang cukup melegenda di Kota Klaten

(Gapura selamat datang di Pluneng)

Mengulas Kembali Sejarah Tirto Mulyono dan Tirto Mulyani

KLATEN – Kota Klaten memang sebagai daerah yang memiliki banyak mata air. Salah satu sumber air yang cukup favorit bagi masyarakat Klaten berada di Desa Pluneng, Kecamatan Kebonarum. Tirto Mulyono dan Tirto Mulyani.

Berdasarkan informasi dari penduduk setempat pada (23/10/2016), kata “Pluneng” berasal dari “Nyemplung seneng”. Maksudnya dari kata tersebut adalah jika ada orang yang mandi di pemandian di desa tersebut, bisa merasa senang. Desa Pluneng memiliki dua sumber mata air yang menjadi objek wisata, yakni Pemandian Tirto Mulyono dan Tirto Mulyani. Namun, yang paling banyak menjadi sasaran wisatawan ada di Tirto Mulyono.
(Tampak seorang perenang menikmati air di Tirta Mulyono)

(Sisi samping di Tirta Mulyono)

Pemandian Tirto Mulyono terdapat tiga kolam yang mengelilinginya. Kolam-kolam tersebut memiliki kedalaman yang berbeda-beda, ada satu kolam dengan kedalaman 2,5 m dan berukuran luas 40 m x 15 m untuk pengunjung yang mahir berenang atau dewasa. Sedangkan dua kolam lainnya dengan kedalaman 1 m untuk anak-anak, dan 2 m untuk remaja dengan ukuran luas 10 m x 10 m.

Konon selain menjadi objek wisata air, di pemandian tersebut sering menjadi tempat kungkum. Dalam Bahasa Jawa, kungkum artinya berendam oleh masyarakat sekitar. Bagi masyarakat setempat, tempat tersebut dipercaya sebagai sarana yang bisa membantu seseorang mewujudkan keinginannya. Ritual yang dilakukan warga tersebut juga dilakukan pada malam satu Sura. Banyak warga dari dalam maupun luar Desa mengambil air kolam tersebut.

Dahulu kala menurut cerita sesepuh desa setempat, di dalam pemandian Tirto Mulyono terdapat sebuah pohon beringin besar. Dari kepercayaan warga, di sekitar pohon tersebut sering ditemukan keris oleh warga yang melakukan ritual kungkum dan bertapa di pemandian tersebut. Namun, pada 1990-an, keris pusaka sudah tidak ditemukan lagi.

Selain ditemukannya keris pusaka di sekitar pohon di Tirto Mulyono, atas perintah Sunan Paku Buwono X (kerajaan keratin dijelaskan). Pemandian ini tempat mandinya abdi dalem Keraton khususnya laki-laki. Sedangkan untuk perempuan ditempatkan di Tirto Mulyani.

Pemandian Tirto Mulyani berada di seberang Tirto Mulyono. Objek wisata ini terletak di Desa Karang Lor, Kecamatan Kebonarum, Kabupaten Klaten. Pemandian ini sering disebut dengan “Umbul Wedhok” atau tempat pemandian perempuan oleh penduduk setempat. Kolam dipemandian ini berukuran luas 400 m dan kedalaman 1 m. Pada pemandian tersebut terdapat patung Budha berukuran besar.
 
(Patung perwara di Tirta Mulyani)

(Patung Budha di depan Tirta Mulyani)
(Anak-anak warga sekitar asyik akan bermain air)

Menurut cerita penduduk, di pemandian Tirto Mulyani dahulunya dihuni ular raksasa yang menggangu kehidupan masyarakat. Karena, setiap ada kambing atau sapi yang lewat ular tersebut akan langsung melahapnya. Sebelum menjadi umbul, tempat ini menjadi pemandian hewan ternak milik warga. 

(Anak-anak sedang berenang di Tirta Mulyani)


Meninggalkan mitos yang ada di pemandian tersebut, sampai saat ini Tirto Mulyani masih tetap ramai. Sekarang menjadi tempat dimana anak-anak, orang tua berenang dan tempat mencuci pakaian oleh warga sekitar. Pemandian ini terlihat ramai dipenuhi wisatawan pada saat tiga hari sebelum Hari Puasa, dilakukannya ritual Padusan.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.